BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Jamu adalah sebutan untuk obat
tradisional dari Indonesia. Belakangan populer dengan sebutan herba atau herbal. Jamu dibuat dari bahan-bahan
alami, berupa bagian dari tumbuhan seperti rimpang (akar-akaran), daun-daunan dan kulit batang, buah. Ada juga
menggunakan bahan dari tubuh hewan, seperti empedu kambing atau tangkur buaya.
Di berbagai kota besar terdapat
profesi penjual jamu
gendong yang
berkeliling menjajakan jamu sebagai minuman yang sehat dan menyegarkan. Selain
itu jamu juga diproduksi di pabrik-pabrik jamu oleh perusahaan besar, dan
dijual di berbagai toko obat dalam kemasan sachet. Pada perkembangan
selanjutnya jamu juga dijual dalam bentuk tablet, kaplet dan kapsul.
Seiring berkembangnya ilmu
obat-obatan, tak ketinggalan jamu semakin bervariasi. Dalam jamu ditambah
berbagai macam racikan. Dalam karya tulis ini penulis mencoba untuk membahas
tentang manfaat jamu, serta membahas tentang risiko penggunaan jamu dalam
jangka panjang.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa definisi / pengertian jamu?
2.
Bagaimana sejarah jamu di Indonesia?
3.
Apa saja manfaat dari jamu?
4.
Bagaimana risiko penggunaan jamu dalam jangka panjang
C. Tujuan Penulisan
1.
Menjelaskan definisi / pengertian jamu
2.
Mendeskripsikan tentang sejarah jamu di Indonesia
3.
Mendeskripsikan manfaat-manfaat jamu
4.
Menjelaskan tentang risiko penggunaan jamu dalam jangka panjang
D. Manfaat Penulisan
1.
Bagi penulis, karya tulis ini ditujukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
farmakologi.
2.
Bagi penulis, karya tulis ini dapat dijadikan kajian untuk penelitian
selanjutnya.
3.
Bagi pembaca atau masyarakat, karya tulis ini dapat menambah pengetahuan
perihal tentang jamu.
4.
Karya tulis ini dapat menambah lietaratur kepustakaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Dalam Kamus Besar bahasa
Indonesia, jamu adalah ramuan dari rempa-rempa yang dihaluskan dengan air
lalu diminum (untuk obat), atau dalam kata lain disebut dengan obat
tradisional.
Jamu tergolong dalam obat
tradisional, yaitu bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, hewan,
mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang
secara turun-menurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman
(Permenkes RI No.246/Menkes/Per/V/1990).
Jamu (Empirical based
herbalmedicine) adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional,
yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut, higienes
(bebas cemaran) serta digunakan secara tradisional. Bentuk jamu tidak
memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti
empiris secara turun-menurun.
B. Sejarah Jamu di Indonesia
Jamu sudah dikenal sudah
berabad-abad di Indonesia yang mana pertama kali jamu dikenal dalam lingkungan
Istana atau keraton yaitu Kesultanan di Djogjakarta dan Kasunanan di Surakarta.
Jaman dahulu resep jamu hanya
dikenal dikalangan keraton dan tidak diperbolehkan keluar dari keraton. Tetapi
seiring dengan perkembangan jaman, orang-orang lingkungan keraton sendiri yang
sudah modern, mereka mulai mengajarkan meracik jamu kepada masyarakat diluar
keraton sehingga jamu berkembang sampai saat ini tidak saja hanya di Indonesia
tetapi sampai ke luar negeri.
Bagi masyarakat Indonesia, Jamu
adalah resep turun temurun dari leluhurnya agar dapat dipertahankan dan dikembangkan.
Bahan-bahan jamu sendiri diambil dari tumbuh-tumbuhan yang ada di Indonesia
baik itu dari akar, daun, buah, bunga, maupun kulit kayu
Sejak dahulu kala, Indonesia telah
dikenal akan kekayaannya, tanah yang subur dengan hamparan bermacam-macam tumbuhan
yang luas. Tanah yang subur dengan kekayaan tanaman sangat mempengaruhi
kehidupan masyarakat Indonesia karena mereka bergantung dari alam dalam
usahanya untuk memenuhi bermacam-macam kebutuhan. Pengolahan tanah, pemungutan
hasil panen, proses alam tidak hanya menghasilkan makanan, tetapi juga berbagai
produk yang berguna untuk perawatan kesehatan dan kecantikan.
Leluhur kita menggunakan resep yang
terbuat dari daun, akar dan umbi-umbian untuk mendapatkan kesehatan dan
menyembuhkan berbagai penyakit, serta persiapan-persiapan lain yang menyediakan
perawatan kecantikan muka dan tubuh yang lengkap. Campuran tanaman obat
traditional ini di kenal sebagai Jamu. Dimana Indonesia dikenal sebagai
Negara nomor 2 dengan tanaman obat tradisional setelah Brazilia.
Bukti bahwa jamu sudah ada sejak
dulu yaitu dengan adanya Prasasti Madhawapura dari jaman Majapahit yang
menyebut adanya tukang meramu jamu yang disebut Acaraki. Pada relief candi
Borobudur sekitar tahun 800 – 900 masehi, juga menggambarkan adanya kegiatan
membuat jamu.
C. Manfaat Jamu
Jamu tidak lepas dengan penjual jamu
gendong. Setelah dilakukan pendataan, diperoleh informasi bahwa jenis jamu yang
dijual ada delapan, yaitu beras kencur, cabe puyang, kudu laos, kunci suruh, uyup-uyup/gepyokan, kunir asam, pahitan, dan sinom. Hampir semua penjual jamu
menyediakan seluruh jenis jamu ini meskipun jumlah yang dibawa berbeda-beda
sesuai dengan kebutuhan konsumen. Masing-masing jenis jamu disajikan untuk
diminum tunggal atau dicampur satu jenis jamu dengan jenis yang lain. Beberapa
di antara responden, selain menyediakan jamu
gendong juga
menyediakan jamu
serbuk atau pil hasil produksi industri jamu. Jamu
tersebut diminum dengan cara diseduh air panas, kadang-kadang dicampur jeruk nipis, madu, kuning telor, dan selanjutnya minum jamu sinom atau kunir asam sebagai
penyegar rasa.
v Manfaat, bahan baku serta cara
pengolahan jamu-jamu tersebut antara lain:
1.
Jamu beras kencur
·
Manfaat
Jamu beras kencur dipercaya dapat menghilangkan pegal-pegal pada tubuh.
Dengan membiasakan minum jamu beras kencur, tubuh akan terhindar dari
pegal-pegal dan linu yang biasa timbul bila bekerja
terlalu payah. Selain itu, banyak pula yang berpendapat bahwa jamu beras kencur
dapat merangsang nafsu makan, sehingga selera makan meningkat dan tubuh menjadi
lebih sehat.
·
Bahan baku
Dalam pembuatan jamu beras kencur, terdapat beberapa variasi
bahan yang digunakan, namun terdapat dua bahan dasar pokok yang selalu dipakai,
yaitu beras dan kencur. Kedua bahan ini sesuai dengan nama jamu, dan jamu ini
selalu ada meskipun komposisinya tidak selalu sama di antara penjual jamu.
Bahan-bahan lain yang biasa dicampurkan ke dalam racikan jamu beras kencur
adalah biji kedawung, rimpang jahe, biji kapulogo, buah asam, kunci, kayu keningar, kunir, jeruk nipis, dan buah
pala. Sebagai pemanis digunakan gula merah dicampur gula putih dan seringkali mereka juga mencampurkan
gula buatan.
·
Cara pengolahan
Pada umumnya tidak jauh berbeda, yaitu direbus dan dibiarkan
sampai dingin, kemudian disediakan sesuai kebutuhan. Mula-mula beras disangan,
selanjutnya ditumbuk sampai halus. Bahan-bahan lain sesuai dengan komposisi racikan ditumbuk menggunakan lumpang dan
alu besi atau batu. Kedua bahan ini kemudian dicampur, diperas, dan disaring
dengan saringan atau diperas melalui kain pembungkus bahan. Sari perasan bahan
dicampurkan ke dalam air matang yang sudah tersedia, diaduk rata. Selanjutnya
dimasukkan ke dalam botol-botol.
2.
Jamu Kunir Asam
·
Manfaat
Jamu
kunir asam dikatakan oleh sebagian besar penjual jamu sebagai jamu
'adem-ademan atau seger-segeran' yang dapat diartikan sebagai jamu untuk
menyegarkan tubuh atau dapat membuat tubuh menjadi dingin. Ada pula yang
mengatakan bermanfaat untuk menghindarkan dari panas dalam atau sariawan, serta membuat perut menjadi dingin. Seorang penjual jamu
mengatakan bahwa jamu jenis ini tidak baik dikonsumsi oleh ibu yang sedang hamil
muda sehubungan dengan sifatnya yang
memperlancar haid. Ada pula penjual jamu yang menganjurkan minum jamu kunir
asam untuk melancarkan haid.
·
Bahan baku
Penggunaan
bahan baku jamu kunir asam pada umumnya tidak jauh berbeda di antara pembuat.
Perbedaan terlihat pada komposisi bahan penyusunnya. Jamu dibuat dengan bahan
utama buah asam ditambah kunir/kunyit, namun beberapa pembuatnya ada yang
mencampur dengan sinom (daun asam muda), temulawak, biji kedawung, dan air
perasan buah jeruk nipis. Sebagai pemanis digunakan gula merah dicampur gula
putih dan seringkali mereka juga mencampurkan gula buatan, serta dibubuhkan
sedikit garam.
·
Cara pengolahan
Pada
umumnya tidak jauh berbeda antar penjual jamu, yaitu direbus sampai mendidih
dan jumlahnya sesuai kebutuhan. Bahan-bahan sesuai dengan komposisi racikan
ditumbuk secara kasar menggunakan lumpang dan alu besi atau batu atau diiris
tipis-tipis (kunyit), dimasukkan ke dalam air mendidih dan direbus sampai
mendidih beberapa saat. Selanjutnya, ditambahkan gula (atau pemanis buatan)
sampai diperoleh rasa manis sesuai selera (dicicipi). Rebusan yang diperoleh
dibiarkan sampai agak dingin, kemudian disaring dengan saringan. Rebusan yang
sudah disaring dibiarkan dalam panci dan selanjutnya dimasukkan ke dalam
botol-botol dan siap untuk dijajakan.
3.
Jamu Sinom
Manfaat, bahan penyusun, serta cara pembuatan jamu sinom
tidak banyak berbeda dengan jamu kunir asam. Perbedaan hanya terletak pada
tambahan bahan sinom. Bahkan, beberapa penjual tidak menambahkan sinom, tetapi
dengan cara mengencerkan jamu kunir asam dengan mengurangi jumlah bahan baku yang
selanjutnya ditambahkan gula secukupnya.
4.
Jamu Cabe Puyang
·
Manfaat
Jamu
cabe puyang dikatakan oleh sebagian besar penjual jamu sebagai jamu 'pegal
linu'. Artinya, untuk menghilangkan cikalen, pegal, dan linu-linu di tubuh,
terutama pegal-pegal di pinggang. Namun, ada pula yang mengatakan untuk menghilangkan dan
menghindarkan kesemutan, menghilangkan keluhan badan panas dingin atau demam. Seorang penjual mengatakan minuman
ini baik diminum oleh ibu yang sedang hamil tua.
·
Bahan baku
Bahan
dasar jamu cabe puyang adalah cabe
jamu dan puyang. Tambahan bahan baku lain dalam
jamu cabe puyang sangat bervariasi, baik jenis maupun jumlahnya. Bahan lain
yang ditambahkan antara lain temu ireng, temulawak, jahe, kudu, adas, pulosari,
kunir, merica, kedawung, keningar, buah asam, dan kunci. Sebagai pemanis
digunakan gula merah dicampur gula putih dan kadangkala mereka juga mencampurkan
gula buatan serta dibubuhkan sedikit garam.
·
Cara pengolahan
Pada
umumnya tidak jauh berbeda, yaitu pertama-tama air direbus sampai mendidih dan
dibiarkan sehingga dingin, jumlahnya sesuai dengan kebutuhan. Bahan-bahan
sesuai dengan komposisi racikan ditumbuk menggunakan lumpang dan alu besi atau
batu. Seluruh bahan ini kemudian diperas melalui saringan ke dalam air matang
yang sudah tersedia. Selanjutnya, ramuan yang diperoleh diaduk rata kemudian
dimasukkan ke dalam botol-botol.
5.
Jamu Pahitan
·
Manfaat
Jamu
pahitan dimanfaatkan untuk berbagai masalah kesehatan. Penjual jamu memberikan
jawaban yang bervariasi tentang manfaat jamu ini, namun utamanya adalah untuk gatal-gatal dan kencing manis. Penjual yang lain mengatakan manfaatnya untuk 'cuci
darah', kurang nafsu makan, menghilangkan bau badan, menurunkan kolesterol, perut kembung/sebah, jerawat, pegal, dan pusing.
·
Bahan baku
Bahan
baku dasar dari jamu pahitan adalah sambiloto. Racikan pahitan sangat
bervariasi, ada yang hanya terdiri dari sambiloto, tetapi ada pula yang
menambahkan bahan-bahan lain yang rasanya juga pahit seperti brotowali, widoro
laut, doro putih, dan babakan pule. Ada pula yang mencampurkan bahan lain
seperti adas dan atau empon-empon (bahan rimpang yang dipergunakan dalam bumbu
masakan).
·
Cara pengolahan
Pembuatan
jamu pahitan adalah dengan merebus semua bahan ke dalam air sampai air rebusan
menjadi tersisa sekitar separuhnya. Cara ini dimaksudkan agar semua zat
berkhasiat yang terkandung dalam bahan dapat larut ke dalam air rebusan.
Sebagai hasil akhirnya, diperoleh rebusan dengan rasa sangat pahit. Khusus jamu
pahitan, tidak diberikan gula atau bahan pemanis lain. Sebagai penawar rasa
pahit, konsumen minum jamu gendong lain yang mempunyai rasa manis dan segar
seperti sinom atau kunir asam.
6.
Jamu Kunci Suruh
·
Manfaat
Jamu
kunci suruh dimanfaatkan oleh wanita, terutama ibu-ibu untuk mengobati keluhan
keputihan (fluor albus). Sedangkan manfaat lain yaitu untuk merapatkan bagian
intim wanita (vagina), menghilangkan bau badan, mengecilkan rahim dan perut,
serta dikatakan dapat menguatkan gigi.
·
Bahan baku
Bahan
baku jamu ini sesuai dengan namanya, yaitu rimpang kunci dan daun sirih.
Biasanya selalu ditambahkan buah asam yang masak. Beberapa penjual jamu
menambahkan bahan-bahan lain yang biasa digunakan dalam ramuan jamu keputihan
atau jamu sari rapat seperti buah delima, buah pinang, kunci pepet, dan
majakan. Dalam penelitian ini, ditemukan bahan lain yang ditambahkan, yaitu
jambe, manis jangan, kayu legi, beluntas, dan kencur. Sebagai pemanis digunakan
gula pasir, gula merah, dan dibubuhkan sedikit garam.
·
Cara pengolahan
Cara
pengolahan pada umumnya tidak jauh berbeda antar penjual jamu, yaitu air direbus
sampai mendidih sesuai dengan kebutuhan. Bahan-bahan sesuai dengan komposisi
racikan ditumbuk secara kasar menggunakan lumpang dan alu besi atau batu atau
diiris tipis-tipis (kunyit), diperas, disaring, dan dimasukkan ke dalam air
matang yang sudah didinginkan. Selanjutnya, ditambahkan gula sesuai kebutuhan,
sampai diperoleh rasa manis sesuai selera dengan cara dicicipi. Ramuan
selanjutnya dimasukkan ke dalam botol-botol dan siap untuk dijajakan.
7.
Jamu Kudu Laos
·
Manfaat
Menurut
sebagian besar penjual jamu, khasiat jamu kudu laos adalah untuk menurunkan tekanan darah. Tetapi, ada pula yang mengatakan untuk melancarkan peredaran
darah,
menghangatkan badan, membuat perut terasa nyaman, menambah nafsu makan,
melancarkan haid, dan menyegarkan badan.
·
Cara pengolahan
Cara
pengolahan pada umumnya tidak jauh berbeda antar penjual jamu yaitu
pertama-tama air direbus sampai mendidih sejumlah sesuai kebutuhan. Bahan-bahan
sesuai dengan komposisi racikan ditumbuk secara kasar menggunakan lumpang dan
alu besi atau batu kemudian diperas dan disaring dimasukkan ke dalam air matang
yang sudah dingin. Selanjutnya ditambahkan gula sampai diperoleh rasa manis
sesuai selera (dicicipi). Ramuan selanjutnya dimasukkan ke dalam botol-botol
dan siap untuk dijajakan.
8.
Jamu Uyup-uyup/Gepyokan
·
Manfaat
Jamu
uyup-uyup atau gepyokan adalah jamu yang digunakan untuk meningkatkan produksi air susu ibu pada ibu yang sedang menyusui. Hanya seorang penjual jamu
yang mengatakan bahwa ada khasiat lain, yaitu untuk menghilangkan bau badan
yang kurang sedap, baik pada ibu maupun anak dan 'mendinginkan' perut.
·
Bahan baku dan cara pengolahan
Bahan
baku jamu uyup-uyup sangat bervariasi antar pembuat jamu, namun pada umumnya
selalu menggunakan bahan empon-empon yang terdiri dari kencur, jahe, bangle,
laos, kunir, temulawak, puyang, dan temugiring. Cara pengolahan pada umumnya
tidak jauh berbeda antar penjual jamu, yaitu semua bahan dicuci bersih tanpa
dikupas, selanjutnya empon-empon dirajang (diiris tipis) ditambah bahan-bahan
lain dan ditumbuk kasar, lalu diperas serta disaring. Perasan dimasukkan ke
dalam air matang yang sudah dingin. Selanjutnya ditambahkan gula (atau pemanis
buatan) sampai diperoleh rasa manis sesuai selera (dicicipi). Ramuan
selanjutnya dimasukkan ke dalam botol-botol dan siap untuk diperjual belikan.
v Pemanfaatan Jamu Saat ini
Akhir-akhir ini, masyarakat negara maju lebih menyukai
pengobatan tradisional (jamu) berbahan dasar tumbuh-tumbuhan daripada
menggunakan obat sintetik. “Indikasi menyukai obat tradisional untuk
menyembuhkan berbagai jenis penyakit kini semakin meluas ke berbagai negara di
belahan dunia,” kata Prof dr I Gusti Ngurah Nala dari Program Studi Ayurweda Fakultas Kesehatan Universitas Hindu
Indonesia (UNHI) Denpasar, Minggu. Ia mengatakan, kecenderungan masyarakat luas
menggunakan obat-obat tradisional di berbagai negara itu lebih dikenal sebagai
“gelombang hijau baru” (new green wave). Kondisi itu dipicu oleh efek samping obat sintetik
dan antibiotik, disamping opini di banyak negara bahwa bahan alami lebih aman
dari bahan berzat kimia buatan. Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana itu menilai, masyarakat dunia semakin mengkhawatirkan dampak negatif
penggunaan obat-obat sintetik sehingga mereka ramai-ramai kembali ke alam (back
to nature). Gerakan ini berupaya menggunakan kembali obat-obatan tradisional yang ramuannya dari bahan alami yang didapat di alam.
Kondisi ini sendiri membuat para ilmuwan tertuntut untuk
mengembangkan pengobatan tradisional yang lahir dari kearifan leluhur, seperti
berlaku lama di Indonesia. Indonesia sendiri sigap memanfaatkan momentum ini
dengan mengintensifkan usaha pengobatan tradisional, diantaranya dengan membangun Balai
Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITTRO) yang memiliki dua sub balai di
Sumatera Barat dan Lampung. Selain itu ada 12 kebun percobaan berbagai jenis
tanaman obat-obatan yang tersebar di Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Maluku,
demikian Nala.
D. Risiko Penggunaan Jamu Jangka Panjang
Umumnya, Jamu diracik dengan
bahan-bahan yang alami, tanpa adanya unsur-unsur kimia yang ditambahkan ke
dalamnya. Jika jamu dicampur dengan bahan-bahan kimia dengan dosis yang tidak
sesuai dengan terapi maka tentunya akan berdampak pada kesehatan kita jika
dikonsumsi dalam jangka panjang.
Sekalipun Jamu, Herbal atau obat
tradisional mungkin secara luas dianggap aman, disarankan untuk waspada. Jangan
longgarkan kewaspadaan Anda hanya karena suatu produk berlabelkan “natural”.
Fakta yang tidak menyenangkan ialah bahwa beberapa jamu dan herbal bahkan bisa
sangat berbahaya. Dan ironisnya beberapa orang tidak memandang herbal atau obat
tradisional sebagaimana mestinya. Senyawa kimia dalam obat tradisional atau
herball dapat mengubah detak jantung, tekanan darah, dan kadar glukosa. Maka,
orang yang memiliki problem jantung, tekanan darah tinggi, atau kelainan gula
darah seperti diabetes mesti sangat waspada.
Meski demikian, efek sampingan obat
tradisional biasanya terbatas pada reaksi tipe alergi. Misalnya sakit kepala,
pusing, mual, atau ruam. Beberapa pengobatan tradisional atau herbal
kemungkinan bisa menimbulkan “krisis penyembuhan” dengan menghasilkan gejala
seperti flu atau gejala lainnya. Orang yang mengkonsumsi obat tradisional
mungkin tampak menjadi lebih parah sebelum menjadi lebih baik. Secara umum
dikatakan bahwa reaksi ini disebabkan oleh pembuangan limbah racun dari tubuh
selama tahap-tahap awal terapi herbal.
Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM) menarik peredaran 54 jamu/obat tradisional karena terbukti mengandung
bahan kimia obat keras yang membahayakan kesehatan manusia. Menurut hasil
pengawasan obat tradisional dengan metode sampling dan pengujian laboratorium
selama 2007, dalam obat tradisional tersebut terkandung bahan kimia obat keras
seperti sibutramin hidroklorida, sildenafil sitrat, siproheptadin,
fenilbutason, asam mefenamat, prednisone, metampiron, teofilin, dan parasetamol
yang besarnya tidak sesuai dengan dosis terapi.
v Dampak yang dapat ditimbulkan
beberapa bahan kimia dalam jamu tersebut:
·
Sibutramin hidroklorida dapat meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung
·
Sildenafil sitrat menyebabkan sakit kepala, pusing, dispepsia, infark miokard,
gangguan pengelihatan, palpitasi (denyut jantung cepat) dan kematian
·
Siproheptadin dapat menyebabkan mual, muntah, diare, anemia, leukopenia dan
trombositipenia
·
Fenilbutason menyebabkan mual, ruam kulit, retensi cairan perdarahan lambung,
gangguan ginjal dan gagal ginjal.
·
Asam mefenamat menyebabkan diare, ruam kulit, trompositopenia dan kejang.
·
Prednison menyebabkan gangguan saluran pencernaan
·
Metamphiron menyebabkan perdarahan lambung dan gangguan saluran pencernaan
serta sistem syaraf
·
Teofilin menyebabkan palpitasi, insomnia dan gangguan saluran cerna.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
·
Jamu (Empirical based herbalmedicine) adalah obat tradisional yang
disediakan secara tradisional, yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi
penyusun jamu tersebut, higienes (bebas cemaran) serta digunakan secara tradisional.
Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi
cukup dengan bukti empiris secara turun-menurun.
·
Jamu sudah ada sejak dulu di Indonesia, bukti bahwa jamu sudah ada sejak dulu
yaitu dengan adanya Prasasti Madhawapura dari jaman Majapahit yang menyebut
adanya tukang meramu jamu yang disebut Acaraki. Pada relief candi Borobudur
sekitar tahun 800 – 900 masehi, juga menggambarkan adanya kegiatan membuat
jamu.
·
Jamu banyak memiliki beragam manfaat. Jamu di Indonesia tidak lepas dari jamu
gendong, yang mana setelah dilakukan pendataan, diperoleh informasi bahwa jenis
jamu yang dijual ada delapan, yaitu beras kencur, cabe puyang, kudu laos, kunci suruh, uyup-uyup/gepyokan, kunir asam, pahitan, dan sinom. Jamu tersebut memiliki berbagai
manfaat seperti mengtasi pegal linu, kurang nafsu makan, gatal-gatal,
memperlancar darah, dan lain sebagainya. Pemanfaatan jamu sekarang ini sudah
berkembang pesat di dunia, karena penggunaan jamu sebagai obat lebih minim efek
samping daripada obat sintetik.
·
Jika jamu dicampur dengan bahan-bahan kimia dengan dosis yang tidak sesuai
dengan terapi maka tentunya akan berdampak pada kesehatan kita jika dikonsumsi
dalam jangka panjang. BPOM menarik peredaran 54 jamu/obat tradisional karena
terbukti mengandung bahan kimia obat keras yang membahayakan kesehatan manusia.
Menurut hasil pengawasan obat tradisional dengan metode sampling dan pengujian
laboratorium selama 2007, dalam obat tradisional tersebut terkandung bahan
kimia obat keras seperti sibutramin hidroklorida, sildenafil sitrat, siproheptadin,
fenilbutason, asam mefenamat, prednisone, metampiron, teofilin, dan parasetamol
yang besarnya tidak sesuai dengan dosis terapi.
B. Saran
·
Seperti semua produk kesehatan, jamu, herbal atau obat tradisional hendaknya
digunakan dengan kewaspadaan, pengetahuan dan, keseimbangan.
·
Sekalipun Jamu, Herbal atau obat tradisional mungkin secara luas dianggap aman,
disarankan untuk waspada. Jangan longgarkan kewaspadaan Anda hanya karena suatu
produk berlabelkan “natural”. Fakta yang tidak menyenangkan ialah bahwa
beberapa jamu dan herbal bahkan bisa sangat berbahaya. Dan ironisnya beberapa
orang tidak memandang herbal atau obat tradisional sebagaimana mestinya.
Senyawa kimia dalam obat tradisional atau herbal dapat mengubah detak jantung,
tekanan darah, dan kadar glukosa. Maka, orang yang memiliki problem jantung,
tekanan darah tinggi, atau kelainan gula darah seperti diabetes mesti sangat
waspada.
·
Jika Anda memilih untuk mengobati sendiri dengan obat tradisional, sebaiknya Anda
mempertimbangkan beberapa risiko seperti bahwa Anda mungkin tidak benar-benar
tahu apa penyebab problem kesehatan Anda. Lalu pengobatan yang Anda lakukan
secara sendiri mungkin menyembuhkan penyakit ringan, tetapi memperburuk problem
kesehatan lainnya, seperti tekanan darah tinggi. Bahkan beberapa pengobatan
sendiri bisa jadi mungkin bertolak belakang dengan obat yang diresepkan dokter.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Prima Pena. 2005. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta: Gita Media Press
Prayitno, Joko. 2010. Materi
Kuliah Farmakologi: Penggolongan Obat dan Alat Kesehatan. Banjarmasin:
Unpublished
Tidak ada komentar:
Posting Komentar